Aksi AJAIB Desak Menteri Agama Mundur, Soroti Kegagalan Haji 2025 hingga Dugaan Korupsi
Aksi AJAIB di Lapangan Banteng desak Menteri Agama mundur. Soroti kegagalan Haji 2025, dugaan KKN, dan kasus asusila yang mencoreng institusi keagamaan.

Jakarta — Suasana Lapangan Banteng memanas saat Koordinator Aliansi Remaja Indonesia Bersatu (AJAIB), Bung Coli, memimpin aksi unjuk rasa yang menyuarakan keresahan publik atas kinerja Kementerian Agama RI. Aksi damai yang digelar Kamis kemarin itu menyoroti berbagai persoalan krusial, mulai dari kegagalan penyelenggaraan ibadah haji tahun ini, dugaan praktik KKN, hingga isu kekerasan seksual yang menyeret nama lembaga terkait.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan secara terbuka, AJAIB menilai bahwa penyelenggaraan ibadah haji 2025 mencerminkan kegagalan manajemen yang serius. Hilangnya tiga jemaah haji asal Indonesia tanpa kejelasan hingga kini menjadi simbol lemahnya sistem perlindungan dan tanggung jawab pemerintah terhadap warganya di tanah suci.
“Kami melihat ketidaktransparanan dalam penanganan kasus ini. Tidak ada keterlibatan aktif dari perwakilan Futada, dan respons diplomatik dari Kementerian Agama terhadap otoritas Arab Saudi pun sangat lamban,” tegas Bung Coli, saat aksi, Jum'at (11/7/2025).
Lebih lanjut, AJAIB juga mengangkat kasus dugaan tindakan asusila yang melibatkan staf salah satu BUMN di bawah pengawasan mantan Menteri Agama. Mereka menuntut investigasi tuntas dan langkah konkret untuk memperkuat mekanisme pencegahan kekerasan seksual di lingkungan kerja lembaga-lembaga negara.
“Kami ingin ada jaminan perlindungan bagi korban, dan agar kejadian seperti ini tidak terus berulang dalam diam,” lanjut Bung Coli.
Lebih dari itu, Aliansi ini juga menyoroti maraknya praktik nepotisme dan penyalahgunaan jabatan di tubuh Kementerian Agama. Salah satu kasus yang mereka angkat adalah dugaan keterlibatan seorang pejabat berinisial FM dalam pengelolaan proyek strategis secara tidak transparan.
“Ini bukan sekadar isu etik, tapi sudah masuk ke ranah pelanggaran hukum administrasi negara. Ketika pengawasan internal gagal, maka publik harus bicara,” ungkap Bung Coli.
AJAIB menilai kondisi ini memperlihatkan bahwa sistem pengawasan internal di kementerian tersebut sudah sangat rapuh, sehingga dibutuhkan restrukturisasi menyeluruh dan reformasi institusi secara sistemik.
Puncak dari aksi ini adalah tuntutan agar Menteri Agama RI segera mengundurkan diri sebagai bentuk tanggung jawab moral atas berbagai kegagalan dan polemik yang mencoreng institusi yang seharusnya menjadi garda terdepan pelayanan keagamaan di Indonesia.
“Sudah saatnya beliau menunjukkan sikap kenegarawanan. Mundur bukan bentuk kekalahan, tapi sebuah jalan kehormatan demi pemulihan kepercayaan publik,” ujarn Bung Coli
Aksi di Lapangan Banteng ini digelar secara damai dan mematuhi ketentuan hukum, khususnya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka Umum. AJAIB berkomitmen untuk melanjutkan perjuangan ini melalui kanal publik, baik secara langsung di lapangan maupun lewat media sosial.
“Selama nilai-nilai keadilan dan konstitusi terus diabaikan, kami akan tetap bersuara,” tutup Bung Coli. (Ror).
Berikan Reaksi Anda






