Rotasi Strategi Pemprov Lampung: Sistem Pagar Dorong Lonjakan Produksi Kopi Robusta

Aug 28, 2025 - 23:16
 0
Rotasi Strategi Pemprov Lampung: Sistem Pagar Dorong Lonjakan Produksi Kopi Robusta
Foto : Istimewa

BANDARLAMPUNG, Lampunggo.com – Pemerintah Provinsi Lampung terus menguatkan posisinya sebagai salah satu sentra kopi robusta terbesar di Indonesia.

Melalui Dinas Perkebunan, Pemprov meluncurkan inovasi pola tanam baru dengan sistem pagar yang ditargetkan mampu melipatgandakan produktivitas petani di berbagai kabupaten sentra kopi.

‎Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Lampung, Ir. Yuliastuti, M.T.A, menjelaskan bahwa sistem pagar merupakan terobosan yang memungkinkan jarak tanam lebih rapat sehingga populasi pohon per hektare dapat ditingkatkan secara signifikan.

‎“Dengan pola ini, jumlah pohon bisa mencapai 4.000 batang per hektare, padahal sebelumnya hanya berkisar 2.000–2.500 batang.

Jika setiap pohon menghasilkan satu kilogram, potensi produksi per hektare bisa melonjak hingga 4 ton,” paparnya dalam jumpa pers di Ruang Video Conference Dinas Kominfotik, Kamis (28/8/2025).

‎Berdasarkan catatan BPS Lampung 2025, total luas kebun kopi robusta di provinsi ini mencapai 152.507 hektare. Dari jumlah tersebut, 138 ribu hektare berada dalam kondisi produktif, sekitar 6.800 hektare belum menghasilkan, dan 6.800 hektare lainnya masuk kategori tua dan rusak.

‎Produksi rata-rata kopi Lampung saat ini tercatat 120.377 ton per tahun, atau masih di bawah dua ton per hektare. Namun, sejumlah kelompok tani binaan yang menerapkan pola intensif sudah berhasil menembus produktivitas hingga 3,5 ton per hektare.

‎“Untuk tanaman yang sudah tua dilakukan peremajaan lewat teknik sambung samping, sementara yang belum menghasilkan diberi perawatan khusus agar cepat produktif,” lanjut Yuliastuti.

‎Pemprov Lampung di bawah arahan Gubernur Rahmat Mirzani Djausal menyiapkan lahan percontohan (demplot) di Lampung Barat dan Tanggamus.

Demplot ini menjadi pusat belajar bagi petani mengenai pola tanam pagar, penggunaan pupuk organik, hingga teknik pemangkasan yang tepat.

‎Selain budidaya, pemerintah juga menekankan pentingnya kualitas pascapanen. Petani didorong menerapkan metode petik merah untuk menjaga mutu biji, serta meninggalkan kebiasaan menjemur kopi langsung di tanah. Untuk mendukungnya, Pemprov menyalurkan bantuan berupa terpal, mesin penggiling, hingga alat huller.

‎Dinas Perkebunan bekerja sama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan menyiapkan program hilirisasi berupa pelatihan roasting, pengemasan modern, dan perluasan akses pasar.

 Hal ini sejalan dengan tren ekspor kopi Lampung yang pada 2025 menembus angka lebih dari USD 400 juta, dengan Amerika Serikat, Jepang, dan negara-negara Eropa sebagai tujuan utama.

‎“Inovasi budidaya, peremajaan kebun, hingga hilirisasi akan menjadi kunci peningkatan volume dan nilai ekspor. Langkah ini juga mendukung visi Gubernur untuk membangun ekonomi daerah yang tangguh, mandiri, dan berdaya saing global,” tegas Yuliastuti.

‎Meski robusta tetap menjadi komoditas utama, Lampung mulai menjajaki pengembangan arabika di kawasan tinggi seperti Kecamatan Sekincau, Lampung Barat. Namun, karakter rasa kuat dari robusta masih menjadi identitas khas Lampung di pasar nasional maupun internasional. (**)

Berikan Reaksi Anda

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow