Muhammad Khadafi Dorong Perpustakaan Nasional Jadi Motor Literasi Bangsa

Jakarta, Lampung go - Anggota Komisi X DPR RI, Muhammad Khadafi, menegaskan pentingnya peran Perpustakaan Nasional (Perpusnas) dalam meningkatkan kualitas literasi masyarakat Indonesia. Hal itu disampaikan Khadafi saat RDP Komisi X dengan Kepala Perpusnas dengan pembahasan RKA K/L 2026, serta pembahasan program dana DAK.
Menurut Khadafi, pemerintah harus benar-benar fokus dalam mendorong program-program strategis yang memiliki dampak besar, terutama terkait dengan peningkatan literasi nasional. Ia menilai, Perpustakaan Nasional seharusnya menjadi motor penggerak bagi peningkatan kecerdasan bangsa, bukan sekadar gudang buku yang sepi peminat.
“Saya sangat sepakat apa yang disampaikan teman-teman, semua harus digabungkan. Pemerintah perlu fokus mendorong program-program yang berdampak besar bagi Perpustakaan Nasional. Karena kita pahami bersama, salah satu indikator penilaian negara adalah skor literasi. Sayangnya, rangking literasi Indonesia saat ini masih rendah,” ujar Khadafi dikutip YouTube Parlemen pada Selasa (26/8/2025).
Lebih lanjut, Khadafi menyoroti rendahnya indeks literasi masyarakat Indonesia yang hingga kini masih tertinggal dibanding banyak negara lain. Ia menekankan, masalah literasi bukan sekadar angka, melainkan berkaitan langsung dengan masa depan bangsa.
Di sejumlah daerah, menurut Khadafi, fenomena buta aksara masih banyak ditemukan. Bahkan, tidak sedikit pelajar di tingkat SMP maupun SMA yang belum lancar membaca. Kondisi ini menjadi tantangan besar yang harus dijawab melalui keberadaan Perpustakaan Nasional dan seluruh jaringannya di daerah.
“Hari ini yang viral di masyarakat sering kali justru berkaitan dengan isu literasi. Masih banyak anak-anak sekolah kita yang ternyata belum bisa membaca dengan baik. Oleh karena itu, saya berharap Perpustakaan Nasional bisa menghadirkan program yang benar-benar menjawab kebutuhan dan tantangan nyata di lapangan,” tegas politisi PKB dapil Lampung I tersebut.
Lebih jauh, Khadafi menyampaikan bahwa perpustakaan tidak boleh lagi dipandang sebatas tempat menyimpan koleksi buku. Ia mendorong agar perpustakaan hadir sebagai pusat kegiatan intelektual dan inovasi, yang mampu menarik minat pelajar, mahasiswa, dosen, hingga masyarakat umum.
Perpustakaan harus mampu menyajikan bahan bacaan yang relevan dengan perkembangan zaman, baik secara digital maupun fisik. Selain itu, Khadafi juga mengusulkan agar Perpusnas dapat mendorong daerah untuk mengembangkan bahan bacaan berbasis potensi lokal.
“Harus dikemas dengan baik, menyediakan bacaan sesuai perkembangan zaman, dan mendorong daerah untuk menyiapkan bahan sesuai kompetensi lokal. Dengan begitu, masyarakat akan tertarik datang ke perpustakaan karena ingin mengetahui perkembangan baru dan potensi daerahnya. Dari sinilah akan muncul inovasi serta nilai tambah,” paparnya.
Dalam rapat tersebut, Khadafi menegaskan perlunya dukungan anggaran tambahan agar program-program literasi yang inovatif bisa benar-benar berjalan. Ia meminta agar setiap tambahan anggaran diarahkan pada program yang menjawab isu nyata di masyarakat, bukan sekadar rutinitas tahunan.
Fenomena pelajar yang masih belum bisa membaca di usia remaja menjadi salah satu alasan pentingnya alokasi anggaran yang tepat. Menurut Khadafi, keberadaan Perpustakaan Nasional tidak hanya mendukung pendidikan formal, tetapi juga berperan menjaga cita-cita bangsa menuju Indonesia Emas 2045.
“Kita tidak boleh terlena. Perpustakaan Nasional harus didukung dengan anggaran yang memadai, karena menyangkut cita-cita negara kita menuju masa keemasan. Generasi penerus bangsa harus disiapkan dengan literasi yang kuat agar mampu melanjutkan estafet perjuangan bangsa,” jelas Khadafi.
Dirinya meyakini, dengan dukungan penuh terhadap Perpustakaan Nasional, Indonesia bisa mengejar ketertinggalan literasi dan mencetak generasi unggul. Perpustakaan harus menjadi motor penggerak yang mampu menghubungkan pengetahuan, kreativitas, dan inovasi masyarakat.
Ia juga menekankan bahwa program literasi harus dikemas dengan pendekatan baru yang sesuai dengan tren digital dan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, perpustakaan akan hadir sebagai pusat pembelajaran sekaligus ruang kreasi yang mendukung kemajuan bangsa.
“Jangan lagi program-program yang diajukan hanya rutinitas. Harus ada inovasi baru agar perpustakaan menjadi motor penggerak utama kemajuan Indonesia menuju masa keemasan di tahun 2045,” pungkas Khadafi.
Berikan Reaksi Anda






