13 Zona Megathrust Mengepung Indonesia, BMKG Tambah Ratusan Sensor Gempa

Aug 30, 2024 - 15:47
 0
13 Zona Megathrust Mengepung Indonesia, BMKG Tambah Ratusan Sensor Gempa
foto cnnindonesia

JAKARTA (Lampunggo) : Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017, Indonesia saat ini dihadapkan pada ancaman dari 13 zona megathrust yang tersebar di seluruh negeri. Beberapa di antaranya telah mengalami pecah segmen, seperti Segmen Mentawai yang terbagi menjadi Segmen Mentawai-Siberut dan Segmen Mentawai-Pagai. Zona di Jawa juga dibagi menjadi beberapa segmen, yakni Segmen Selat Sunda-Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah-Jawa Timur.

Dua di antara zona megathrust tersebut, yaitu Megathrust Selat Sunda dan Mentawai-Siberut, kini berada dalam kondisi "seismic gap." Seismic gap adalah situasi di mana zona tersebut belum melepaskan energi dalam waktu yang sangat lama, menunjukkan potensi besar untuk terjadinya gempa dahsyat di masa mendatang.

Megathrust Selat Sunda memiliki panjang 280 km dan lebar 200 km, dengan pergeseran kerak bumi (slip rate) sebesar 4 cm per tahun. Gempa besar terakhir yang tercatat di wilayah ini terjadi pada tahun 1757, sehingga lebih dari 267 tahun telah berlalu sejak energi besar terakhir kali dilepaskan.

Sementara itu, Megathrust Mentawai-Siberut, dengan panjang 200 km dan slip rate yang sama, terakhir kali melepaskan energinya pada tahun 1833 dengan kekuatan M8,9.

“Seismic gap di kedua zona ini sangat berbahaya. Akumulasi tegangan di kerak bumi dapat memicu gempa besar kapan saja. Karena itu, BMKG terus memperkuat kesiapsiagaan, termasuk dengan menambah sensor-sensor gempa di lokasi-lokasi strategis,” Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, dalam rapat bersama Komisi V DPR RI pada Selasa (27/8).

Dengan penambahan jumlah sensor yang signifikan dan teknologi yang semakin canggih, BMKG berharap Indonesia akan lebih siap menghadapi potensi gempa megathrust di masa depan. Namun, Dwikorita menekankan bahwa kesiapan tidak hanya bergantung pada teknologi, tetapi juga pada edukasi dan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana.

Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa lembaganya telah melakukan peningkatan signifikan dalam upaya mendeteksi dan memantau potensi gempa besar, khususnya di zona megathrust yang mengancam Indonesia. 

“Khusus untuk menghadapi ancaman megathrust di seluruh wilayah Indonesia, kami menambah jumlah sensor gempa dari 176 unit menjadi 530. Ini adalah langkah krusial dalam memperketat pengawasan terhadap potensi gempa di zona-zona rawan,” kata Dwikorita.

Penambahan jumlah sensor ini merupakan respons langsung terhadap bencana gempa besar yang pernah melanda Indonesia, termasuk gempa dan tsunami dahsyat di Aceh pada 2004. Gempa yang bersumber dari zona Megathrust Andaman-Sumatera itu menghasilkan kekuatan hingga magnitudo 9,3 dan menelan korban jiwa hampir 170 ribu orang. 

“Bencana di Aceh menjadi pelajaran berharga bagi kami. Tsunami Early Warning System di Indonesia lahir karena peristiwa tragis tersebut. Kami belajar dari masa lalu, dan kini bersiap untuk skenario terburuk yang mungkin terjadi,” ungkapnya. (RED)

sumber cnnindonesia

Berikan Reaksi Anda

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow