Keracunan Massal 140 Pelajar SMP di Kupang, Diduga Akibat Makanan Bergizi Gratis MBG
Insiden keracunan massal di SMP Negeri 8 Kupang menjadi pengingat bahwa program pemerintah, betapapun niatnya mulia, tetap membutuhkan pelaksanaan yang akurat, bersih, dan diawasi secara ketat. Jika tidak, program semacam MBG justru bisa membahayakan mereka yang seharusnya dilindungi.

Jakarta – Kasus keracunan massal menimpa ratusan pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 8 Kupang, Nusa Tenggara Timur, setelah diduga mengonsumsi makanan dari program Makanan Bergizi Gratis (MBG). Peristiwa ini terjadi pada Selasa, 22 Juli 2025, dan memicu keprihatinan publik serta tanggapan cepat dari pihak terkait, terutama Badan Gizi Nasional (BGN).
Kepala BGN, Dadan Hindayana, langsung merespons insiden tersebut dengan menyatakan bahwa pihaknya tengah melakukan investigasi menyeluruh guna memastikan penyebab pasti keracunan yang dialami para siswa.
“Kami sedang cek detail dulu, ya, karena itu dampak dari makanan kemarin,” ujar Dadan kepada wartawan saat ditemui di Jakarta, Rabu, 23 Juli 2025.
Menurut Dadan, indikasi awal mengarah pada makanan yang dikonsumsi pada hari Senin, 21 Juli 2025. Hal ini didasarkan pada gejala keracunan yang mulai dirasakan para siswa keesokan paginya.
“Sedang menunggu hasil. Makannya Senin, sakitnya Selasa pagi, dan makanan Selasa itu belum dimakan,” imbuhnya.
Lebih lanjut, sedikitnya 140 siswa SMP Negeri 8 Kupang dilarikan ke sejumlah rumah sakit di Kota Kupang. Para korban mengalami berbagai gejala keracunan, mulai dari mual, muntah, hingga pusing hebat. Mereka mendapat perawatan intensif di beberapa fasilitas medis seperti RS Siloam, RS Mamami, dan RS SK Lerik.
Kondisi ini sempat membuat panik para orang tua siswa dan warga sekitar sekolah. Ambulans dan kendaraan pribadi digunakan untuk mengangkut para korban secepat mungkin ke rumah sakit terdekat.
Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah sebagai bagian dari intervensi gizi nasional menjadi sorotan utama dalam insiden ini. Meski belum ada hasil investigasi final, dugaan awal menunjukkan bahwa makanan yang disalurkan pada Senin bisa menjadi penyebab utama.
Dadan Hindayana menegaskan bahwa insiden ini menjadi momentum penting untuk mengevaluasi sistem pengawasan makanan dalam program-program bantuan pangan sekolah. Ia menyampaikan keprihatinan yang mendalam kepada para korban dan keluarganya.
“Kami tentu sangat prihatin dengan kejadian ini. Semoga anak-anak yang dirawat segera pulih dan bisa kembali belajar seperti biasa,” ucap Kepala BGN itu.
Selain itu, ia mengimbau semua pihak penyelenggara program makanan sekolah untuk meningkatkan standar keamanan dan kebersihan, termasuk dalam proses pemilihan bahan baku, penyimpanan, serta distribusi makanan.
Berikan Reaksi Anda






