Olahraga Sumsel Semakin Tenggelam, Target 20 Emas Tinggal Angan, Butuh Evaluasi Total!
PALEMBANG (lampunggo) - Insan olahraga Sumsel harus menelan kekecewaan setelah hanya menempati urutan ke-21 dalam Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024.
Sumsel hanya berhasil mengumpulkan total 51 medali, terdiri dari 6 medali emas, 15 medali perak, dan 30 medali perunggu. Hasil ini jauh dari target ambisius yang telah dicanangkan sebelumnya, oleh KONI Sumsel yang dalam kenyataannya justru menunjukkan penurunan drastis dari prestasi yang diharapkan.
Alih-alih memperbaiki peringkat, posisi Sumsel justru semakin merosot. Prestasi ini bahkan lebih rendah dibandingkan capaian pada PON Papua 2021, di mana Sumsel mampu menduduki peringkat ke-16 dengan raihan 8 medali emas, 4 perak, dan 16 perunggu.
Prestasi yang semakin menurun ini menjadi alarm bagi olahraga Sumsel, mengisyaratkan perlunya evaluasi total terhadap strategi pembinaan atlet.
Janji Ketua KONI Sumsel terpilih, Yulian Gunhar, yang saat kampanye menyatakan akan meningkatkan kualitas pembinaan olahraga Sumsel dan membawa prestasi daerah ke level yang lebih tinggi, tampaknya masih jauh dari harapan.
Hingga kini, program pembinaan atlet yang dijanjikan belum memberikan hasil nyata. Fakta ini menuntut adanya perombakan besar-besaran, terutama dalam manajemen dan strategi pengembangan atlet muda.
Pengamat olahraga Prof Meirizal Usra, mengatakan perlunya evaluasi menyeluruh dalam memetakan strategi kedepan. Dia menilai bahwa pembinaan yang berkelanjutan dan didukung dengan pendanaan yang cukup serta infrastruktur yang memadai, adalah kunci untuk mengembalikan kejayaan Sumsel di kancah olahraga nasional.
"Tentunya ini hasil yang kurang bagus secara peringkat menurun dari PON sebelumnya, jadi tidak ada cara lain hasil ini harus dievaluasi menyeluruh. Karena untuk meningkatkan prestasi atlet tentu tidak mudah dan tidak bisa dilakukan secara instan," ujarnya.
Lebih lanjut dia menjabarkan, ada beberapa faktor yang menyebabkan prestasi Sumsel melorot dari perhelatan sebelumnya. Diantaranya, masa pelatda yang relatif singkat ditambah kurangnya motivasi atlet karena kurangnya perhatian pemerintah.
"Salah satu faktor yang mendorong atlet itu berprestasi adanya motivasi yang mempengaruhi psikologis mereka untuk berusaha lebih keras meraih prestasi. Nah apakah ini sudah dilakukan, termasuk pendanaan uang saku atlet, bonus, vitamin dan lain-lain. Selain itu masa persiapan yang relatif singkat dalam pelatda juga mempengaruhi," jelas akademisi Universitas Negeri Sriwijaya (Unsri) ini.
Selain itu, mantan Kabid Binpres KONI Sumsel ini menyerukan pembinaan atlet di Sumsel juga harus fokus pada peningkatan kualitas pelatih dan pengembangan fasilitas olahraga yang lebih modern.
Pencarian bibit unggul sejak dini perlu diprioritaskan, dengan memberikan perhatian khusus pada cabang-cabang olahraga yang potensial. Tanpa adanya perubahan mendasar, Sumsel mungkin akan terus tenggelam dalam peta persaingan olahraga nasional di masa mendatang.
"Disinilah pentingnya peran KONI sebagai induk olahraga untuk mendorong Cabor mencetak atlet-atlet baru. Karena regenerasi atlet juga menjadi kunci keberhasilan prestasi, itulah pentingnya pembinaan yang berkelanjutan," tandasnya.
Evaluasi ini diharapkan tidak hanya datang dari pihak KONI, tetapi juga dari pemerintah daerah yang perlu memberikan dukungan lebih besar terhadap dunia olahraga.
"Semua program itu pastinya butuh support dari pemerintah daerah dalam hal ini harus ada anggarannya. Inilah yang kita harapkan kedepan ada evaluasi menyeluruh terkait prestasi ini agar Sumsel bisa berbicara banyak di PON mendatang," pungkasnya.
Sementara itu, Sekum KONI Sumsel, Tubagus Sulaiman mengakui jika target 10 besar yang diharapkan sebelumnya harus terlepas karena perolehan medali jauh dari yang diharapkan. Kendati demikian, pihaknya menilai prestasi Sumsel secara menyeluruh jauh lebih baik meskipun di PON kali ini menempati urutan ke-21.
"Secara peringkat dibandingkan PON sebelumnya memang turun, tapi kalau melihat perolehan medali prestasi Sumsel di PON kali ini jauh lebih baik dengan banyaknya perolehan medali yang didapat atlet," jelasnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, persaingan di PON Aceh-Sumut dinilai lebih berat dibandingkan dengan perhelatan sebelumnya. Terutama pada cabor akurasi yang sebelumnya tak banyak di pertandingkan PON Papua sebelumnya.
"Persaingan sangat berat terutama di cabor akurasi yang penilaianya tak bisa kita tebak. Tapi itu kita masih bisa mendapatkan 15 perak, kalau saja dari perak itu bisa dapat 10 emas tidak menutup kemungkian bisa capai target," katanya.
Kedepan pihaknya juga akan tetap melakukan evaluasi menyeluruh, terutama fokus pada pembinaan di cabor terukur. "Karena medali emas kita banyak didapat dari cabor terukur, ini yang akan kita perkuat lagi. Namun evaluasi menyeluruh tetap dilakukan agar kedepan lebih baik lagi," tegasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum KONI Sumsel Yulian Gunhar berjanji akan memperbaiki prestasi para insan olahraga Provinsi Sumsel dengan mengalokasikan anggaran baik untuk pembinaan atlet dan operasional.
Bahkan saat pelepasan kontingen atlet pada Agustus lalu, Yulian Gunhar, menyatakan bahwa Sumsel menargetkan perolehan 20 medali emas dan posisi 10 besar. Dari 382 kontingen yang diberangkatkan, 257 di antaranya adalah atlet, sementara sisanya terdiri dari official dan pelatih. Namun target tersebut tampaknya tidak tercapai di PON kali ini.
"Kita berharap Sumsel bisa masuk 10 besar, paling tidak bisa dapat 20 emas," ujar Gunhar saat pelepasan kontingen atlet pada Agustus lalu.
Hal itu juga dipertegas, Ketua Harian KONI Sumsel, Aliandra Pati Gantada,bahwa target keseluruhan Sumsel di PON kali ini adalah 58 medali, dengan rincian 20 emas, 12 perak, dan 26 perunggu.
"Beberapa cabang olahraga unggulan yang diharapkan menyumbang medali termasuk balap sepeda, ski air, judo, gulat, pencak silat, dan menembak, " kata dia.(rml/red)
Berikan Reaksi Anda