Tari Ngigel di Jantung Kota Bandar Lampung, Pesona Tradisi yang Tak Pernah Padam

BANDAR LAMPUNG, Lampunggo.com – Cahaya pagi hangat menyapa kawasan Tugu Adipura, saat iring-iringan peserta pawai budaya mulai mengambil tempat. Gerakan gemulai Tari Ngigel membuka gelaran yang menghadirkan semangat pelestarian tradisi di tengah denyut kota modern.
Puluhan peserta yang terdiri atas perwakilan organisasi perangkat daerah (OPD), BUMD, hingga seluruh kecamatan di Kota Bandar Lampung, tampil dalam balutan busana adat penuh warna.
Acara ini menjadi bagian dari perayaan HUT ke-343 Kota Bandar Lampung, sekaligus bentuk nyata komitmen daerah dalam melestarikan kekayaan budaya lokal.
Wali Kota Bandar Lampung, Eva Dwiana, tampak hadir menyaksikan langsung pertunjukan budaya yang digelar secara sederhana namun penuh makna tersebut. Ia menegaskan bahwa kegiatan ini bukan sekadar seremonial, melainkan bagian dari gerakan bersama untuk memperkenalkan serta merawat warisan budaya kepada generasi muda.
“Budaya kita ini sangat kaya. Generasi muda harus tahu dan merasa bangga memilikinya. Melalui kegiatan seperti ini, kita tanamkan kecintaan pada jati diri bangsa,” ujarnya Minggu (3/8/2025),.
Tari Ngigel yang menjadi ikon pada pawai kali ini bukanlah tarian biasa. Di balik geraknya yang luwes, tersimpan cerita lama tentang kelembutan, penghormatan terhadap alam, dan nilai-nilai perempuan Lampung. Inilah mengapa Eva menyebutnya sebagai simbol penting dari perjalanan budaya lokal yang tak lekang oleh waktu.
Meski digelar tanpa kemegahan produksi besar, suasana di Tugu Adipura terasa hidup. Warga dari berbagai kalangan memadati sisi jalan, mengabadikan momen, dan menyambut hangat setiap penampilan. Tak hanya pelajar dan tokoh adat, komunitas lintas agama juga turut menyemarakkan kegiatan ini—menunjukkan bahwa budaya adalah ruang bersama yang mempersatukan.
“Pawai ini bentuk penghormatan kepada leluhur. Kita laksanakan dengan sederhana, tetapi semangatnya besar. Budaya bukan sekadar masa lalu, melainkan bagian dari arah pembangunan ke depan,” tambah Eva.
Langkah konkret lain yang kini tengah digalakkan Pemerintah Kota Bandar Lampung adalah penggunaan topi adat Lampung oleh para camat dalam setiap kegiatan resmi. Langkah ini menjadi simbol bahwa nilai-nilai tradisional tidak hanya dipelajari, tetapi juga dihidupi dalam aktivitas keseharian.
Eva menyampaikan bahwa pembangunan daerah idealnya tidak hanya menitikberatkan pada aspek fisik dan infrastruktur, melainkan harus menyentuh sisi batin masyarakat: karakter, nilai, dan warisan budaya.
“Kita ingin budaya ini tetap tumbuh, dikenali, dan menjadi kebanggaan. Kegiatan seperti ini harus terus digelar secara rutin. Sebab tanpa budaya, kita kehilangan ruh sebagai masyarakat yang berakar,” pungkasnya.
Pagi itu, Tugu Adipura bukan sekadar titik kumpul. Ia menjelma menjadi panggung tempat masa lalu, masa kini, dan masa depan budaya Lampung berdialog lewat gerak dan warna—dengan Tari Ngigel sebagai bahasa pemersatu. (**)
Berikan Reaksi Anda






