Bangkit dari Kemiskinan Multidimensi: Membangun Jalan Menuju Indonesia Emas 2045
Hari ini, bangsa kita sedang menghadapi tantangan besar berupa kemiskinan yang bersifat multidimensi. Bukan hanya kemiskinan materi akibat sempitnya lapangan kerja, tetapi juga kemiskinan mental, moral, dan spiritual. Kompleksitas ini memunculkan berbagai potret yang menyesakkan hati, di antaranya:
1. Krisis Kepemimpinan: Kita nyaris tak memiliki pemimpin sejati, yang ada hanya penguasa. Miskin mentalitas tercermin dari mereka yang diberi jabatan bukan untuk kemaslahatan umat, tetapi justru memicu kerusakan. Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945 diabaikan, yang dilakukan hanyalah mengeruk keuntungan di sana-sini.
2. Pragmatisme Moral: Di berbagai lini kehidupan, tokoh berintegritas semakin langka, digantikan oleh 'toko' yang menjual citra untuk kepentingan pasar. Inilah kemiskinan moral—pragmatisme tanpa malu dan sikap transaksional semakin mengakar.
3. Kemunduran Pemuda: Dulu, pemuda dikenal sebagai simbol keberanian dan keteguhan. Bung Karno pernah berkata, “Beri aku 10 pemuda, akan kuguncang dunia!” Namun, kini banyak yang kehilangan jati diri. Alih-alih gagah perkasa, mereka justru rela menjadi budak, bahkan terdegradasi harga diri dan martabatnya.
Lalu, bagaimana nasib bonus demografi yang diharapkan menjadi berkah bagi negeri ini hingga 2030? Bonus demografi memang peluang besar, namun tanpa pembenahan serius terhadap kemiskinan mental, moral, dan iman, berkah ini bisa berubah menjadi bencana.
Ingat, 2045 sudah di depan mata. Tak lama lagi kita akan menuju Indonesia Emas, dengan beberapa tahapan penting:
- Era Babat Alas (2024-2029)
- Era Kronologis (2029-2034)
- Era Al Amin (2035) – Ketika Indonesia mulai dipercaya dunia
- Era Mercusuar Dunia (2045) – Indonesia sebagai kekuatan global.
Mengakhiri refleksi ini, penulis teringat pada QS Al Baqarah 259, yang menggambarkan kekuasaan Allah dalam menghidupkan kembali yang telah mati, baik secara fisik maupun moral. Sebuah peringatan dan panggilan bagi kita semua untuk bangkit!
Mari, bangkitlah bangsaku!
Oleh : M Arief Pranoto
Berikan Reaksi Anda